Tuesday, November 19, 2019


BIOEKOLOGI HAMA PENGGEREK BATANG JAGUNG
  
Ayyub Arrahman dan M.Sudjak Saenong
Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros

PENDAHULUAN
Tanaman jagung sudah lama diusahakan petani Indonesia dan merupakan tanaman pokok kedua setelah padi. Penduduk kawasan timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Madura, sebagian Maluku, dan Irian Jaya sudah biasa menggunakan jagung sebagai makanan pokok sehari-hari. Produksi jagung Indonesia sebagian besar berasal dari pulau Jawa (± 66%) dan sisanya barasal dari di propinsi luar Jawa terutama Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Timur.Jagung memiliki peranan penting dalam industri berbasis agribisnis. Untuk tahun 2009, Deptan melalui Direktorat Jendral Tanaman Pangan mengklaim produksi jagung mencapai 18 juta ton.
Jagung dimanfaatkan untuk konsumsi, bahan baku industri pangan, industri pakan dan bahan bakar. Kebutuhan jagung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industri pakan dan pangan. Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah ulat Penggerek batang jagung, Kutu daun, ulat Penggerek tongkol, dan Thrips. Bulai, Hawar daun, dan Karat adalah penyakit yang sering muncul di pertanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung (Lufti Afifah dkk, 2012).


Penggerek batang, Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae) banyak terdapat di Asia Tenggara, Asia Tengah, Asia Timur, dan Australia. Hama tersebut merupakan salah satu hama utama pada pertanaman jagung di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan, seperti di Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, antaeng, Bulukumba, Sinjai, Barru, Sidrap, Wajo, dan Luwu. Granados (2000) dalam Umi Manis (2012) melaporkan bahwa O. furnacalismerupakan hama penting pada jagung di Filipina, Kamboja, Vietnam, Cina, Indonesia, hailand, Malaysia, dan Papua New Guinea. Tseng (1998) melaporkan pula bahwa O. furnacalis merupakan hama penting di beberapa negara Asia sampaike Australia, Mikronesia, Cina, Jepang, dan Korea (Umi Manis, 2012; mf.cel, 2012).

Bioekologi Hama Penggerek Batang Jagung (Nurnina Nonci, 2004; Sudarta Wayan,1989; Umi Manis, 2012; Pioneer, 2012)

Telur penggerek batang berukuran 0,90 mm. Telur diletakkan secara berkelompok di bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari, bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran yang berbeda-beda. hampir semua telur diletakkan pada daun, terutama daun yang terkulai dan pucuk. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi terutama pada bagian bawah daun. Puncak peletakan telur penggerek batang terjadi pada saat terbentuknya bunga jantan dan berakhir pada saat pematangan biji.

Jumlah telur setiap kelompok berbeda-beda, yakni antara 5−90 butir, tetapi ada yang lebih dari 100 butir. Telur penggerek batang menetas 3−5 hari setelah diletakkan. Pada waktu diletakkan telur berwarna bening, kekemudian berubah menjadi putih kekuningan setelah hari kedua dan pada hari ketiga, yakni ketika akan menetas, berubah menjadi hitam. Warna hitam tersebut menandakan caput (kepala) calon larva. Jumlah telur yang diletakkan oleh seekor ngengat betina berkisar antara 80−140 butir/hari, bergantung pada umur tanaman dan bagian tanaman yang dimakan larva. Jumlah telur yang diletakkan seekor ngengat betina adalah 300−500 butir. Telur biasanya diletakkan pada malam hari hingga dini hari.

b.Larva
larva yang baru menetas berwarna putih bening dengan caput bewarna hitam, makan berpindah-pindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Lama perkembangan larva bervariasi, bergantung pada bagian tanaman jagung yang dimakan. Jagung yang berumur 6 minggu paling disenangi oleh larva O. furnacalis. Larva terdiri atas lima instar dengan ukuran yang berbeda-beda. Larva instar pertama langsung berpencar ke bagian tanaman yang disukai.  Granados (2000) melaporkan bahwa larva penggerek batang instar muda memakan daun muda dan bunga jantan yang belum mekar, sedangkan larva instar III atau yang lebih tua menggerek batang yang umumnya melalui buku batang. Keberadaan larva pada daun muda, daun yang masih menggulung, batang, serta bunga jantan dan bunga betina dapat dideteksi dengan adanya kotoran atau bekas gerekan yang tersisa pada bagian-bagian tanaman tersebut. Larva berwarna kristal keputihan, cerah dan bertanda titik hitam pada setiap segmen abdomen.

c.Pupa
Umur pupa 6-9 hari, pupa terbentuk di dalam batang dengan lama stadium bervariasi 7−9 hari. Pupa yang baru terbentuk berwarna krem, kemudian berubah menjadi kuning kecokelatan dan menjelang ngengat keluar berwarna cokelat tua. Menurut Valdez dan Adalla (1983), ukuran pupa betina lebih besar dari pupa jantan. Pupa jantan dapat dibedakan dari pupa betina, yaitu pada ruas terakhir abdomen pupa betina terdapat celah yang berasal dari satu titik, sedangkan pada pupa jantan terdapat celah yang bentuknya agak bulat

d.Ngengat
Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari. Ngengat jantan dapat dibedakan dengan ngengat betina dari ukurannya. Ngengat betina lebih besar daripada ngengat jantan dan warna sayap jantan lebih terang daripada betina. Ruas terakhir abdomen ngengat betina juga berbeda dengan ruas terakhir abdomen ngengat jantan.

B.Musuh alam
Populasi hama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan itu adalah musuh alami yang meliputi parasitoid, predator, dan patogen. Musuh alami tersebut sudah lama dimanfaatkan dalam upaya pengendalian hama.
Upaya pengendalian hama dengan musuh alami mulai menguat setelah disadari bahwa pengendalian hama dengan insektisida menimbulkan berbagai dampak negatif yang merugikan lingkungan.

a.Parasitoid
Parasitoid merupakan unsur pengendali populasi hama dan umumnya bersifat spesifik, sehingga dapat menekan populasi inang pada tingkat yang lebih rendah.. Telur dan larva O. furnacalis dapat diparasit oleh berbagai jenis parasitoid, yaitu :
- Ordo Hymenoptera, famili Trichogrammatidae, species Trichogramma evanescens yang memarasit telur O. furnacalis
- Ordo Hymeniptora, family Ichneumonidae,
- Ordo Hymenoptera, family Braconidae,
- Ordo Diptera, family Tachinidae


DAFTAR PUSTAKA
Lutfi Afifah, Julyanda.M., Alice Mayella.A., Avanti Wydias.2012. Pengendalian Terpadu Hama Dan Penyakit Tanaman Pengendalian Terpadu Hama Dan Penyakit Tanaman Pada Tanaman Jagung Di Kelurahan Situ Gede.  http://lutfiafifah.wordpress.com/2011/02/03/pengendalian-terpadu-hama-dan-penyakit-tanaman-pada-tanaman-jagung-di-kelurahan-situ-gede-bogor-barat/. Diakses tgl 26 November 2012.
mf.cell, 2012. Pengerek Batang (Ostrinia furnacalis). http://moels.mywapblog.com/pengerek-batang-ostrinia-furnacalis.xhtml. Diakses tgl 26 November 2012.



Newbea Tora, 2012. Penggerek Tongkol Jagung (Heliotthis armigera) & Pengerek Batang jagung (Ostrinia furnacalis). http://nandagokilz1.wordpress.com/2012/07/10/penggerek-tongkol-jagung-heliotthis-armigera-pengerek-batang-jagung-ostrinia-furnacalis/. Diakses tgl 26 November 2012.


Nurnina, 2004.” Biologi Dan Musuh Alami Penggerek Batang Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae) Pada Tanaman Jagung” http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3231042.pdf, 23 oktober 2009

Pioneer, 2012. Hama: Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis Guenee). http://www.pioneer.com/web/site/indonesia/menuitem.e1f73b6af728500a2a112a11310093a0/. Diakses tgl 26 November 2012

Sudarta Wayan,1989. ” Pengetahuan Dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama Tanaman Terpadu”http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/udejournal/%286%29%20soca-sudarta-pks%20pht%282%29.pdf, 23 oktober 2009