PEMANFAATAN DAUN SIRSAK SEBAGAI
PESTISIDA NABATI
Ayyub dan M.Sudjak Saenong
Balai Penelitian
Tanaman Serealia Maros
PENDAHULUAN Tanaman sirsak (Annona muricata L) cukup potensial untuk
digunakan seba-gai bahan pestisida hayati. Daun sirsak mengandung senyawa
acetogenin, antara lain asimisin, bulatasin, squamosin, saponin, flavonoid, dan tanin (Plantus 2008) dalam Harsoyo Purnomo dan Afri Utami, 2012). Senya-wa-senyawa tersebut bersifat toksik,
yang dapat mematikan serangga hama tertentu.
Namun, untuk
menentukan batas aman bagi organisme akuatik bukan sasaran perlu dilakukan
pengujian dengan bioassay, untuk menguji toksisitas bahan kimia toksik
(alkaloid) yang terdapat di dalam daun sirsak, atau untuk mengukur timgkat
bahaya kontaminan bahan kimia yang
terdapat di dalam ekstrak daun sirsak terha-dap organisme akuatik (Harsoyo Purnomo dan Afri Utami, 2012).
Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetoginin, antara lain asimisin,
bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin
memiliki keistimewan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak
lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi
rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui
ajalnya (Septerina, 2002) dalam
Rachmawati Nurjannah, 2012. Acetogenin adalah senyawa polyketides dengan
struktur 30–32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone.
Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki
aktifitas sitotoksik, dan derivat acetogenin yang berfungsi sitotoksik
adalah asimicin, bulatacin, dan squamocin (Shidiqi dkk.,2008) dalam Rachmawati Nurjannah, 2012).