Thursday, April 30, 2020


SERANGGA HAMA WERENG JAGUNG


Ayyub Arrahman dan M.Sudjak Saenong
Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros



PENDAHULUAN
 Dalam budidaya tanaman jagung, kendala yang dapat terjadi adalah adanya gangguan dari hama. Banyak jenis hama yang telah dilaporkan menyerang tanaman jagung (Sudarmo, 1990). Perkembangan hama pada tanaman jagung dapat dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan seperti iklim, pola tanam, varietas rentan, dan faktor biotis seperti parasit dan predator maupun mikroorganisme lainnya.

Wereng jagung Peregrinus maidis Ashmead adalah serangga hama yang hidup pada tanaman jagung. Serangga ini mempunyai nama synonim antara lain Delphax maidis Ashmead, Delphax psylloides Lethierryi, dan Pundaluoya simplicia Distant. Serangga ini masuk dalam famili Delphacidae, genus Peregrinus dan specsies maidis (Anonim, 2012a). Serangga ini tidak saja merusak tanaman jagung dan sorgum, tetapi juga dapat menularkan penyakit sejenis virus yang disebut penyakit MMV (maize mosaic rhabdovirus ) dan penyakit MStV ( maize tenuivirus )(Nault & Knoke 1981, Tsai 1975).


Atribut Biologi Dan Kisaran Inang
Kajian atribut biologi serangga hama ini pada beberapa tanaman telah dilakukan oleh Tsai (1996) menyatakan bahwa perkembangan dan peneluran Peregrinus maidis (Ashmead) (Homoptera: Delphacidae), seekor serangga yang dikenal sebagai vektor dari penyakit tenuivirus dan rhabdovirus mosaik di daerah tropis dan subtropis, telah diteliti pada beberapa tanaman berikut di laboratorium antara lain : jagung (Zea mays L. var saccharata. 'The Guardian'), itchgrass (Rottboellia exaltata L.), padi (Oryza sativa L. var. Mars, Saturnus, NATO, Bellevue, Labelle, Labonnet, dan Starbonnet), sorgum (Sorghum bicolor (L. ) Moench var AKS 614.), angsa rumput (Eleusine indica (L.) Gaertn), gandum (Avena sativa L.), rye (Secale cereale L.), gama rumput (Tripsacum dactyloides L.), lumbung rumput (Echinochloa crusgalli L.) dan tebu (Saccharum officinarum L.) Hasil penelitian menyatakan bahwa ternyata nimfa dari Peregrinus maidis tersebut tidak berkembang pada tanaman rye, gandum, gandum, beras dan tebu, tetapi serangga dewasanya dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama pada tanaman tersebut di atas. Rata-rata lama perkembangan nimfa pada tanaman jagung, gatal rumput, sorgum, rumput angsa, lumbung rumput dan rumput gama adalah 17.20,17.87, 20,21, 24,97, 27,24 dan 60,50 hari, masing-masing. Umur panjang Dewasa (X ± SD) pada jagung, gama rumput, rumput lateng, sorgum, rumput angsa, dan rumput peternakan adalah masing-masing 36,1 ± 20,0, 42,7 ± 16,6, 28,3 ± 11,9, 7,6 ± 6,4, 8,1 ± 7,3 dan 7,3 ± 6,6 hari. Jumlah peneluran per hari tiap betina pada tanaman jagung, rumput lateng, rumput angsa dan rumput gamma adalah masing-masing (X ± SD) 21,0 ± 2,0, 6,4 ± 6,6, 3,5 ± 3,0 telur, sedangkan jumlah betinanya dari setiap daur kehidupan tersebut diatas masing-masing adalah (X ± SD) 612 ± 170,1, 146 ± 156,7 ± 45,6 dan 48 telur.

Peranannya Sebagai Vektor Penyakit (Wasmo Wakman dan Said Kontong, 1996)
Dua puluh empat virus dilaporkan dapat menginfeksi tanaman jagung (Brunt et.al., 1990). Intensitas  serangan dari setiap virus tersebut bervariasi dengan kehilangan hasil ada yang mencapai 50% (Shutleff, 1980). Satu diantara virus tersebut telah dilaporkan di Indonesia yaitu virus mosaic kerdil (maize dwaft mosaic virus)(Saleh  et.al., 1989). Virus ini dapat ditularkan oleh vector aphis (Rhopalosphum maidis, Schizaphis graminum dan Myzus persicae) dan melalui biji (Shurtleff, 1980). Penyebaran penyakit virus kerdil pada jagung di Indonesia baru dilaporkan di pulau jawa. Di pulau Sulawesi gejala mosaic pada tanaman jagung dijumpai di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain di Maros propinsi Sulawesi Selatan pada musim kemarau MK 1995. Uji penularan penyakit mosaik telah dilakukan baik secara mekanik melalui biji tanaman jagung bergejala mosaik maupun dengan serangga vector, aphis Rhopalosphum maidis maupun dengan wereng jagung Peregrinus maidis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus mosaic jagung ditularkan oleh Peregrinus maidis secara persisten.

DAFTAR PUSTAKA DAN BACAAN
Anonim, 2012a. Wikipedia: Peregrinus maidis Ashmead. http://en.wikipedia.org/wiki/Peregrinus_maidis#cite_note-0. Diakses tgl.11 maret 2012.
Anonim,2012b.Gambar-gambar beberapa stadia serangga wereng jagung. http://www.google.co.id/search?q=peregrinus+maidis&hl=id&prmd=imvns&tbm=isch&tbo=u&source=univ&sa=X&ei=bJZcT4rGYHtrAet5oDyCw&ved=0CB8QsAQ&biw=1280&bih=641. Diakses tgl.11 maret 2012-03-11.
Anonim, 2012c. Peregrinus maidis. http://arthropodgenomes.org/wiki/Peregrinus_maidis. Diakses tgl. 11 maret 2012.
Anonim, 2012d. Peregrinus maidis Ashmead. http://naturalhistory.museumwales.ac.uk/vectors/browsespecies.php?-recid=833. Diakses tghl 15 Desember 2012.
Namba, R., And S. Y. Higa. 1971. Host plant studies of the corn planthopper, Peregrinus maidis (Ashmead), in Hawaii. Proc. Hawaii Entomol. Soc. 21: 105-108.
Nault, L. R., And J. K. Knoke. 1981. Maize vectors, pp. 77-84 in D. T. Gordon, J. K.Knoke, and G. E. Scott [eds.], Virus and viruslike diseases of maize in the United States. Southern Coop. Series Bull. 247. p. 218.
Sudarmo, S. 1990. Pengendalian Serangga Hama Jagung. Penerbit Kanisius. 52 hal
Sudjak Saenong, 2012. Lebih Dekat Mengenal Hama Wereng Jagung Peregrinus Maidis Ashmead. http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-content/uploads/2012/03/19-M-Sudjak-Saenong-Wereng-jagung-Peregrinus-maidis1.pdf. Diakses tgl 15 Desember 20112.
Tsai, J. H. 1975. Occurrence of a corn disease in Florida transmitted by Peregrinus maidis. Plant Dis. Rep. 59: 830-833.
Tsai, J.H.1996. Development And Oviposition Of Peregrinus Maidis (Homoptera: Delphacidae) On Various Host Plants. Fort Lauderdale Research and Education Center University of Florida, IFAS Fort Lauderdale, FL 33314.
Wasmo Wakman dan Said Kontong, 1996. Uji penularan penyakit mosaic pada tanaman jagung di Balitjas Maros. Prosiding Seminar dan Pertemuan Tahunan X PEI PFI dan HPTI, 1996.
Wikipedia, 2012. Peregrinus maidis Ashmead. http://en.wikipedia.org/wiki/File:Peregrinus_maidis_from_CSIRO.jpg. Diakses tgl 15 Desember 2012.