Wednesday, February 26, 2020

PENGENDALIAN SITOPHILUS ZEAMAIS DENGAN PESTISIDA NABATI


Ayyub Arrahman dan M.Sudjak Saenong
Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros


PENDAHULUAN

Kumbang bubuk (S. zeamais M) merupakan hama gudang utama di Indonesia. Serangga ini dapat menyerang biji jagung sejak dipertanaman hingga di penyimpanan dalam gudang. Populasi hama meningkat seiring dengan lamanya penyimpanan. Daya simpan dan mutu jagung selama di penyimpanan sangat dipengaruhi oleh kondisi awal biji sebelum disimpan (kadar air, persentase biji rusak atau pecah) dan ruang penyimpanan. Populasi S. zeamais perlu dikendalikan, karena selain mengakibatkan kerusakan biji dan susut bobot juga menyebabkan kadar air meningkat dapat juga menurunkan sebagai hasil respirasi (Surtikanti, 2004) dalam Hasna dan Usamah Hanif, 2012.

Dari berbagai cara pengendalian hama pasca panen, cara yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan insektisida atau fumigan. Dalam perkembangannya cara ini banyak kekurangannya antara lain seriko keamanan pangan (bahaya residu), timbulnya resistensi serangga dan pencemaran lingkungan. Di lain pihak terjaminnya kesehatan manusia dari segi pangan dan kelestarian lingkungan hidup menjadi hal yang sangat penting.

Penggunaan ekstrak tumbuhan/tanaman sebagai salah satu sumber insektisida didasarkan atas pemikiran bahwa terdapat mekanisme pertahanan dari tumbuhan akibat interaksinya dengan serangga pemakan tumbuhan, salah satunya dihasilkan senyawa metabolik sekunder oleh tumbuhan yang bersifat sebagai penolak (repelent), penghambat (antifeedant/feeding deterrent), penghambat perkembangan (oviposition repellent/deterrent) dan sebagai bahan kimia yang mematikan serangga dengan cepat (Prijono, 1999a) dalam Hasna dan Usamah Hanif, 2012.

Beberapa Bahan Nabati Potensial Yang Dapat Digunakan

Penelitian Wakman et al. (2003) dalam Sudjak Saenong dan S.Mas’ud (2009) telah meneliti tumbuhan Lantana camara, Ageratum conysoides, A. nardus dan C. annum yang diekstrak dengan cara sebagai berikut : daun dari tumbuhan tersebut dikumpulkan, kemudian dikeringkan tanpa kena sinar matahari, pada suhu kamar (26 oC) selama seminggu dan kemudian digiling menjadi tepung. 

Tepung ini dimasukkan ke labu gelas (round bottom flask) ditambahkan satu liter air destilasi. Hidrodestilasi dilakukan selama 14 jam pada alat destilasi “Clevenger apparatus”. Minyak yang diperoleh didehidrasi dengan “anhydrous sodium sulphate”, disimpan direfrigerator pada T 4 oC (Sofowora 1984). Minyak dari tumbuhan di atas, kemudian diencerkan pada tiga konsentrasi yaitu 50%, 20%, dan 10% untuk dicobakan pada kumbang bubuk. Kumbang bubuk dipelihara pada biji jagung yang dipindahkan tiap dua hari, untuk mendapatkan umur yang seragam. Varietas jagung yang digunakan adalah Tuxpeno atau Maros Sintetik-2 (MS2). 

Hasil ekstrak yang telah diencerkan kemudian dicobakan pada serangga uji yaitu kumbang bubuk dengan metode film treatment. Tiga konsentrasi dari ekstrak tanaman dicobakan. Pembandingnya adalah pestisida Azodrin. Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok dengan tiga ulangan. Untuk mengetahui sifat repellensi tumbuhan tersebut, biji jagung bersama dengan kumbang bubuk yang telah di mass rearing dimasukkan ke dalam toples. Kemudian potongan tanaman ditambahkan. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah serangga yang menghindar (bersifat repellent), keluar dari toples 3 jam, 6 jam, 12 jam, 24 jam, dan 30 jam sesudah tanaman ditambahkan ke toples. Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok dengan 3 ulangan. Data di atas menunjukkan bahwa hanya dua bahan nabati yang dapat menyebabkan kematian serangga yang signifikan yaitu A. conyzoides dengan mortalitas 86,7% dan sereh dengan mortalitas 65,3%. Pada konsentrasi yang lebih rendah efektivitas A. conyzoides, mortalitas kumbang bubuk hanya 5,7% pada konsentrasi 10%. Ekstrak daun lombok tidak menunjukkan efek insektisida terhadap kumbang bubuk. L. camara juga menunjukkan efek insektisida terhadap kumbang bubuk akan tetapi kurang efektif disbanding A. conyzoides dan sereh. Jika dibandingkan dengan insektisida anorganik Decis 2,5 EC dan Dursban dengan konsentrasi hanya 0,1% dapat menyebabkan kematian 100%. 

Penelitian Tandiabang (2004) dalam Sudjak Saenong dan S.Mas’ud (2009) adalah pengujian cara aplikasi pestisida nabati untuk pengendalian hama gudang S. zeamais dilakukan di laboratorium Hama Penyakit Balitsereal pada tahun 2004. Hasil pengujian pendahuluan tahun 2003 menunjukkan bahan nabati A. nardus dan A. conyzoydes memberi harapan untuk dikembangkan. Pengujian yang telah dilakukan dari beberapa formulasi sereh (minyak, potongan sereh, dan tepung sereh) menunjukkan bahwa ketiga formulasi tersebut memberikan efek repellent terhadap kumbang bubuk. Rata-rata serangga yang pindah adalah berturut-turut 28,2; 37,0, 29,8 ekor kumbang bubuk selama seminggu untuk minyak sereh, potongan sereh, dan tepung sereh dibanding dengan kontrol 52,2 ekor (Tandiabang, 2004). Pengujian beberapa formulasi dari Ageratum conyzoides (minyak, patongan segar, dan tepung) menunjukkan pula bahwa ketiga bentuk tersebut memberikan efek repellent terhadap kumbang bubuk. Rata-rata serangga yang pidah berturut-turut 9; 34,2; 24,8 ekor kumbang bubuk selama seminggu, dibanding dengan kontrol 53,8 ekor (Tandiabang, 2004). 


Hasil penelitian terhadap berbagai formulasi sereh menunjukkan bahwa minyak sereh dan tepung lebih baik dibanding potongan segar. Efek repellet kedua formulasi tersebut mencapai 45% dan 44%, yang artinya formulasi minyak dan tepung dari sereh dapat menolak kehadiran serangga 45% dibanding dengan kontrol. Dalam bentuk formulasi yang sama dari A. conyzoides (potongan segar, minyak, dan tepung) menunjukkan bahwa minyak dan tepung (lebih baik dibanding potongan segar. Minyak Ageratum efek repellent dapat mencapai 85%, sedang tepung hanya 56%. Bila dibandingkan kedua tumbuhan tersebut Ageratum dan Conyzoides tampaknya lebih baik dibanding sereh. Bila ingin memperbaiki efektivitas repellent dengan meningkatkan takaran dari bahan tanaman tersebut. Dari cara pembuatannya baik biaya ekstrak dan lain-lain, formulasi tepung lebih murah, hanya saja tidak praktis dalam aplikasinya. Mungkin perlu diperbaiki dalam formulasi pellet (tablet), sehingga lebih mudah pemberiannya. Pengujian terhadap secang, saga, jeringai, lempuyang Gajah, lempuyang emprit dalam bentuk potongan segar meunjukkan bahwa saga dan lempuyang Gajah menunjukkan efek repellent sampai 46% dan 45%, sedangkan pengujian dalam bentuk tepung menunjukkan secang efek repellent mencapai 61%, sedang lempuyang Gajah 55%. Lempuyang Gajah, dan secang perlu dikaji lebih lanjut baik takaran maupun formulasi yang praktis dalam aplikasinya (Tandiabang, 2004).

Pengaruh Beberapa Bahan Nabati

Penelitian bahan nabati yang terdiri dari Kontrol Abu dapur, Arang halus, Daun sereh, Daun bawang, Daun cengkeh, Daun dringo dan Abu sekam menunjukkan bahwa Intensitas serangan bervariasi dari terendah 2,25% perlakuan arang halus sampai yang tertinggi 16,12% perlakuan daun bawang. Perlakuan arang halus, daun dringo dan daun sereh nampak tidak berbeda nyata, akan tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan abu sekam, daun cengkeh, abu dapur dan kontrol. Daun bawang yang sebelumnya diduga kuat dapat bersifat repellent karena aromanya yang tidak enak, setelah diuji ternyata tidak mempunyai pengaruh terhadap Sitophilus sp. Jumlah populasi serangga yang mati selama berlangsungnya penelitian bervariasi dari yang terendah 8,14% perlakuan daun bawang sampai yang tertinggi 38,17% perlakuan arang halus. Deretan mortalitas yang tertinggi berturut-turut tercatat pada perlakuan arang halus dan daun dringo berbeda nyata dibanding perlakuan abu dapur, daun cengkeh, abu sekam dan sangat nyata dibandingkan kontrolnya. Pada perlakuan arang dan abu sekam, serangga akan sulit bernafas dan meletakkan telur, sedangkan perlakuan dringo dapat bersifat repellent terhadap serangga namun demikian ketigaanya paling banyak digunakan petani karena harganya relatif lebih murah disbanding penggunaan arang halus (Fattah dan Sjafaruddin, 1996) dalam Syamsuddin Dan M.Sudjak Saenong, 2012.

DAFTAR PUSTAKA DAN BACAAN

Hasnah Dan Usamah Hanif, 2012. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih Terhadap Mortalitas Sitophilus Zeamais M. Pada Jagung Di Penyimpanan. http://jurnalfloratek.wordpress.com/2010/08/04/efektivitas-ekstrak-bawang-putih-terhadap-mortalitas-sitophilus-zeamais-m-pada-jagung-di-penyimpanan-2/. Diakses tgl 7 Desember 2012.

Jurnalonlineuniflor, 2012. http://jurnalonlineuniflor.blogspot.com/2012/05/agrica-vol-1-no-1-juni-2010_5296.html. Diakses tgl 7 desember 2012.

Sofowora, A. 1984. Medical Plants and Traditional Medicine in Africa, Wiley. Ibadan.

Tandiabang, J Masmawati, M. Yasin, dan M. Sudjak Saenong. 2004. Pengendalian Hama Kumbang Bubuk Sitophilus Zeamais Motch Secara Hayati. Laporan Akhir Kelti Hama Dan Penyakit. Balai Penelitian Tanaman jagung dan Serealia Lain.

Wakman W, J. Tandiabang, Masmawati, Suarni, M. Sudjak Saenong, Haris Talanca, M. Yasin, Said Kontong, Sutjiati. 2003. Laporan Akhir Pengelolaan Hama Dan Penyakit Utama Jagung Secara Hayati. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain.

Sudjak Saenong,M Dan S.Mas’ud, 2009. Keragaan Hasil Teknologi Pengelolaan Hama Kumbang Bubuk Pada Tanaman Jagung Dan Sorgum. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2009. Badan Litbang Pertanian. Balaitsereal Maros

Sudjak Saenong,M Dan S.Mas’ud, 2012. Keragaan Hasil Teknologi Pengelolaan Hama Kumbang Bubuk Pada Tanaman Jagung Dan Sorgum. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/510.pdf. Diakses tgl 7 Desember 2012.

Syamsuddin Dan M.Sudjak Saenong, 2012. Kecenderungan Serangga Sitophilus Zeamais Motch Mengakses Jagung Dan Sorgum Sebagai Sumber Makanan. Http://Www.Peipfi-Komdasulsel.Org/Wp-Content/Uploads/2012/03/07-Syamsuddin-1-Balitsereal.Pd. Diakses Tgl 7 Desember 2012